Selasa, 20 Oktober 2009

10 Cara Membahagiakan Ibu Bapa

Setiap anak wajib berbakti & mentaati ibu bapa bertujuan membahagiakan kehidupan mereka melalui hari tuanya.Islam meletakkan ibu bapa pada tahap yg tinggi & mulia. Banyak bakti boleh di lakukan samaada dalam bentuk material & hubungan kasih sayang. Bersesuaianlah dengan fizikal ibu bapa ang semakin uzur & memerlukan lebih perhatian.Terdapat sekurang2nya 10 bakti yang perlu kita laksanakan kepada ibu bapa seperti:-

1.Memberi nafkah
2.Menyediakan tempat tinggal
3.Memberi kasih sayang
4.Memberi perhatian
5.Memenuhi permintaan
6.Melakukan apa yg mereka suka
7.Bercakap lemah lembut
8.Menghadiahkan kejayaan
9.Meluangkan masa bersama2
10.Mendoakan kesejahteraan untuk mereka di dunia & akhirat


Sabda nabi saw:
"Apabila meninggal seseorang itu, maka terputuslah segala amalannya, melainkan 3 perkara iaitu sedeqah jariah yang berterusan memberi manfaat, ilmu yang memberi kebaikan yang diajarkan pada orang lain& anak soleh yang sentiasa mendoakan kebaikan kepada kedua ibu bapanya" ( H.R Muslim)


Firman Allah swt:

"Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik terhadap ibu bapa. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya telah lanjut usianya dalam pemeliharaanmu, maka jangan sekali-kali engkau mengatakan kepada keduanya perkataan 'ah' dan janganlah engkau menggertak keduanya, dan ucaplah kepada keduanya perkataan yang baik" (al-isra`:23)


Firman Allah swt:

"Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucaplah 'Wahai Tuhanku sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku semasa kecil' " (al-isra:24)



Sebenarnya kebaikan yang dilakukan anak terhadap ibu bapa amatlah kecil.Anak tidak mampu membalas jasa ibu bapa sepenuhnya biarpun dia berbakti sepanjang hayatnya. Namun gunakanlan kesempatan yang ada untuk melakukan bakti sebaik mungkin agar kesempatan yang ada dapat kita manfaatkan bersama sebelum mereka pergi ke rahmatullah....

Kita selalu melihat mereka ketawa, tetapi mungkin sebenarnya dia tidak setabah yang kita sangkakan. Disebalik senyumannya mungkin banyak cerita sedih yang ingin diluahkan.Disebalik kesenangannya munkin tersimpan seribu kekalutan. Kita takkan mengetahui isi hati mereka jikalau kita tidak menjadi sahabat kepada mereka...
.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,,.,.,.,.,.,,.,,.,.,.,.,.,.,.,..,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,..,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.......,


Si awal

detik kau di lahirkan Jiwamu sesuci embun yg jernih Lantas terpahat namamu di alam persada seakan memberitahu dunia bahawa kau adalah anak yg tercinta
begitu impian ayah dan bonda tersirat di awal kelahiranmu kau di tatang umpama minyak yg penuh kau di didik dgn belayan kasih dan ketauhidan
kerana sebuah cinta yg fana` tercalarlah iman yg terpupuk hati kecilmu meronta tanpa menghitung
derhaka yg akan kau lemparkan fitrah sucimu menderita merana kau salamanya
mengapa kau sanggup meninggalkan cinta yg sebenar terhadap ilahi

kering sudah airmata ayah dan keringlah sudah air mata bonda telah mencurah secebis harapan
agar tidak berulang kisah yg pilusewaktu nuh menghulurkan tangannya kepada anaknya yg kelemasan


Ustazku
Wadi-l-jadid


wallah hu wa rasulu a`lam

Rabu, 14 Oktober 2009

~ PROFIL PRIBADI MUSLIM ~



Al-Qur'an dan Sunnah merupakan dua pusaka Rasulullah Saw yang harus selalu dirujuk oleh setiap muslim dalam segala aspek kehidupan. Satu dari sekian aspek kehidupan yang amat penting adalah pembentukan dan pengembangan pribadi muslim. Pribadi muslim yang dikehendaki oleh Al-Qur'an dan sunnah adalah pribadi yang shaleh, sikap, ucapan dan tindakannya diwarnai oleh nilai-nilai yang datang dari Allah Swt.
Persepsi masyarakat tentang pribadi muslim memang berbeda-beda, bahkan banyak yang pemahamannya sempit sehingga seolah-olah pribadi muslim itu tercermin pada orang yang hanya rajin menjalankan Islam dari aspek ubudiyah, padahal itu hanyalah salah satu aspek yang harus lekat pada pribadi seorang muslim. Oleh karena itu pribadi muslim yang berdasarkan Al-Qur'an dan sunnah merupakan sesuatu yang harus dirumuskan, sehingga menjadi acuan bagi pembentukan pribadi muslim.
Bila disederhanakan, sekurang-kurangnya ada sepuluh profil atau ciri khas yang harus ada pada pribadi muslim.

1. Salimul Aqidah
Aqidah yang bersih (salimul aqidah) merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah Swt dan dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan-ketentuan-Nya. Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya yang artinya: 'Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, semua bagi Allah Tuhan semesta alam' (QS 6:162).
Kerana memiliki aqidah yang salim merupakan sesuatu yang amat penting, maka dalam da'wahnya kepada para sahabat di Makkah, Rasulullah Saw mengutamakan pembinaan aqidah, iman atau tauhid.

2. Shahihul Ibadah.
Ibadah yang benar (shahihul ibadah) merupakan salah satu perintah Rasul Saw yang penting, dalam satu haditsnya; beliau menyatakan: 'shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat.' Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul Saw yang bererti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.

3. Matinul Khuluq.
Akhlak yang kukuh (matinul khuluq) atau akhlak yang mulia merupakan sikap dan prilaku yang harus dimiliki oleh setiap muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah maupun dengan makhluk-makhluk-Nya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat.
Kerana begitu penting memiliki akhlak yang mulia bagi umat manusia, maka Rasulullah Saw ditutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah menjadi contoh kepada kita akhlaknya yang agung sehingga diabadikan oleh Allah di dalam Al-Qur'an, Allah berfirman yang artinya: 'Dan sesungguhnya kamu benar-benar memiliki akhlak yang agung' (QS 68:4).

4. Qowiyyul Jismi.
Kekuatan jasmani (qowiyyul jismi) merupakan salah satu pribadi muslim yang harus ada. Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat atau kuat, apalagi perang di jalan Allah dan bentuk-bentuk perjuangan lainnya.
Oleh karena itu, kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Meskipun demikian, sakit tetap kita anggap sebagai sesuatu yang wajar bila hal itu kadang-kadang terjadi, dan jangan sampai seorang muslim sentiasa dalam berpenyakit. Kerana kekuatan jasmani juga termasuk yang penting, maka Rasulullah Saw bersabda yang artinya: 'Mu'min yang kuat lebih aku cintai daripada mu'min yang lemah' (HR. Muslim).

5. Mutsaqqoful Fikri
Intelek dalam berfikir (mutsaqqoful fikri) merupakan salah satu pribadi muslim yang penting. Kerana itu salah satu sifat Rasul adalah fatonah (cerdas) dan Al-Qur'an banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia untuk berfikir, misalnya firman Allah yang artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang, khamar dan judi. Katakanlah: 'pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.' Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: 'Yang lebih dari keperluan.' Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir (QS 2:219).
Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan, kecuali harus dimulai dengan aktiviti berfikir. Kerananya seorang muslim harus memiliki keislaman dan keilmuan yang luas. Boleh kita bayangkan, betapa bahayanya suatu perbuatan tanpa mendapatkan pertimbangan pemikiran secara matang terlebih dahulu.
Oleh karena itu Allah mempertanyakan kepada kita tentang tingkatan intelektual seseorang sebagaimana firman-Nya yang artinya: Katakanlah: “samakah orang yang mengetahui dengan orang
yang tidak mengetahui?”, sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran (QS 39:9).

6. Mujahadatul Linafsihi.
Berjuang melawan hawa nafsu (mujahadatul linafsihi) merupakan salah satu kepribadian yang harus ada pada diri seorang muslim, karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan dan kesungguhan itu akan ada manakala seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu.
Oleh karena itu hawa nafsu yang ada pada setiap diri manusia harus diusahakan tunduk pada ajaran Islam, Rasulullah Saw bersabda yang artinya: Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran islam) (HR. Hakim).

7. Harishun Ala Waqtihi.
Pandai menjaga waktu (harishun ala waqtihi) merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini kerana waktu itu sendiri mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah Swt banyak bersumpah di dalam Al-Qur'an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan sebagainya.
Allah Swt memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang sama setiap, yakni 24 jam sehari semalam. Dari waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan tak sedikit manusia yang rugi. Karena itu ada pepatah yang mengatakan: 'Lebih baik kehilangan jam daripada kehilangan waktu.' Waktu merupakan sesuatu yang cepat berlalu dan tidak akan pernah kembali lagi.
Oleh karena itu setiap muslim amat dituntut untuk memanfaatkan waktunya dengan baik, sehingga waktu dapat berlalu dengan penggunaan yang efektif, tak ada yang sia-sia. Maka diantara yang disinggung oleh Nabi Saw adalah memanfaatkan lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum sakit, muda sebelum tua, senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin.

8. Munazhzhamun fi Syuunihi.
Teratur dalam suatu urusan (munzhzhamun fi syuunihi) termasuk kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al-Qur'an maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam, baik yang terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara bersama-sama, maka diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga Allah menjadi cinta kepadanya.
Dengan kata lain, suatu urusan dikerjakan secara profesional, sehingga apapun yang dikerjakannya, profesionalisme selalu mendapat perhatian darinya. Bersungguh-sungguh, bersemangat dan berkorban, apa adanya dan berbasih ilmu pengetahuan merupakan diantara yang mendapat perhatian secara serius dalam menunaikan tugas-tugasnya.


9. Nafi'un Lighoirihi.
Bermanfaat bagi orang lain (nafi’un lighoirihi) merupakan sebuah tuntutan kepada setiap muslim(ikram/ithsar). Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaannya kerana bermanfaat besar. Maka jangan sampai seorang muslim adanya tidak menggenapkan dan tidak adanya tidak mengganjilkan. Ini berarti setiap muslim itu harus selalu berpikir, mempersiapkan dirinya dan berupaya semaksima untuk member manfaat dalam hal-hal tertentu sehingga jangan sampai seorang muslim itu tidak boleh mengambil peranan yang baik dalam masyarakatnya.
Dalam kaitan inilah, Rasulullah saw bersabda yang artinya: sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain (HR. Qudhy dari Jabir).

Demikian secara umum profil seorang muslim yang disebutkan dalam Al-Qur'an dan hadits, sesuatu yang perlu kita usaha untuk mencari redha Allah dan sarul saw. Begitu jugalah tahap agama dalam diri kita masing-masing.

Selasa, 13 Oktober 2009

ETIQUETTES OF DUA

1. Allah Loves to Be Asked

He encourages that in all things. He is angry with the one who does not ask of Him and He encourages His slaves to ask of Him. Allah says:

"And your Lord said: "Invoke Me [i.e. believe in My Oneness (Islamic Monotheism) and ask Me for anything] I will respond to your (invocation)" [Noble Quran 40:60]

"And when My slaves ask you (O Muhammad) concerning Me, then (answer them), I am indeed near (to them by My Knowledge). I respond to the invocations of the supplicant when he calls on Me (without any mediator or intercessor). So let them obey Me and believe in Me, so that they may be led aright" [Noble Quran 2:186]


2. Sincerity Towards Allah Alone in Making Du'a

Allah says:

"And they were commanded not, but that they should worship Allah, and worship none but Him Alone (abstaining from ascribing partners to Him)" [Noble Quran 98:5]


3. Ask Allah by His Most Beautiful Names

Allah says:

"And (all) the Most Beautiful Names belong to Allah, so call on Him by them, and leave the company of those who belie or deny (or utter impious speech against) His Names" [Noble Quran 7:180]


4. Praising Allah as He Deserves Before Calling Upon Him

Fadalah ibn 'Ubayd said: Whilst the Messenger of Allah (peace be upon him) was sitting, a man came in and prayed and said, "O Allah, forgive me and have mercy on me." The Messenger of Allah (peace be upon him) said, "You have been too hasty, O worshipper. When you have prayed and are sitting, praise Allah as He deserves to be praised, and send blessings upon me, then call upon Him." [At-Tirmidhi]


5. Sending Blessings Upon The Prophet (peace be upon him)

The Prophet (peace be upon him) said:

"Every Du'a is kept back until you send blessings upon the Prophet (peace be upon him)." [At-Tabarani]


6. Facing Towards The Qiblah

'Umar ibn al-Khattab said: On the day of Badr, the Messenger of Allah (peace be upon him) looked at the Mushrikun, who were one thousand strong, and his companions numbered three hundred and nineteen. Then the Prophet of Allah (peace be upon him) turned to face the Qiblah, then he stretched forth his hands and started to cry out to his Lord: "O Allah, grant me what You have promised me, O Allah, give me what You have promised me. O Allah, if this small band of Muslims perishes, You will not be worshipped on earth." He kept on crying out to his Lord, stretching forth his hands, facing towards the Qiblah, until his cloak fell from his shoulders. [Muslim]

An-Nawawi said: This shows that it is Mustahabb (preferred) to face towards the Qiblah when making Du'a, and to raise the hands.


7. Raising The Hands

The Messenger of Allah (peace be upon him) said:

"Your Lord, may He be blessed and exalted, is Kind and Most Generous, and He is too kind to let His slave, if he raises his hands to Him, bring them back empty." [Abu Dawud].

The palm of the hand should be raised heavenwards, in the manner of a humble beggar who hopes to be given something.

The Messenger of Allah (peace be upon him) said:

"When you ask of Allah, ask of Him with the palms of your hands, not with the backs of them." [Abu Dawud].

Should the hands be held together when raising them or should there be a gap between them?

Sheikh Ibn 'Uthaymeen stated that they should be held together. What he said is: "As for separating them and holding them far apart from one another, there is no basis for that in the Sunnah or in the words of the scholars." End quote.


8. Having Certain Faith That Allah Will Respond

Focusing with proper presence of mind, because the Prophet (peace be upon him) said:

"Call upon Allah when you are certain of a response, and remember that Allah will not answer a Du'a that comes from a negligent and heedless heart." [At-Tirmidhi]


9. Asking Frequently

A person should ask his Lord for whatever he wants of the good things in this world and the Hereafter, and he should beseech Allah in Du'a, and not seek a hasty response, because the Prophet (peace be upon him) said:

"The slave will receive a response so long as his Du'a does not involve sin or severing of family ties, and so long as he is not hasty." It was said, "What does being hasty mean?" He said: "When he says, 'I made Du'a and I made Du'a, and I have not seen any response,' and he gets frustrated and stops making Du'a." [Bukhari]


10. Being Firm in Du'a

Because the Prophet (peace be upon him) said:

"No one of you should say, 'O Allah, forgive me if You wish, O Allah, have mercy on me if You wish'; he should be firm in his asking, for Allah cannot be compelled." [Bukhari and Muslim]


11. Beseeching, Humility, Hope & Fear

Allah says:

"Invoke your Lord with humility and in secret" [Noble Quran 7:55]

"Verily, they used to hasten on to do good deeds, and they used to call on Us with hope and fear, and used to humble themselves before Us" [Noble Quran 21:60]

"And remember your Lord within yourself, humbly and with fear and without loudness in words in the mornings and in the afternoons" [Noble Quran 7:20]


12. Saying Du'as Three Times

'Abd-Allah ibn Mas'ud said: "Whilst the Messenger of Allah (peace be upon him) was praying at the Ka'bah, Abu Jahl and his companions were sitting nearby. They had slaughtered a camel the previous day, and Abu Jahl said: "Which of you will go and get the abdominal contents of the camel of Banu So and so and put it on the back of Muhammad when he prostrates?" The worst of the people went and got it, and when the Prophet (peace be upon him) prostrated, he placed it between his shoulders. They started laughing, leaning against one another. I was standing there watching, and if I had had any power, I would have lifted it from the back of the Messenger of Allah (peace be upon him). The Prophet (peace be upon him) remained in prostration, not lifting his head, until someone went and told Fatimah. She came with Juwayriyah, and lifted it from him, then she turned to them and rebuked them. When the Prophet (peace be upon him) had finished his prayer, he raised his voice and prayed against them. and when he made Du'a or asked of Allah he would repeat it three times. and he said: "O Allah, punish Quraysh" three times. When they heard his voice, they stopped laughing and were afraid because of his Du'a. Then he said, "O Allah, punish Abu Jahl ibn Hisham, 'Utbah ibn Rabi'ah, Shaybah ibn Rabi'ah, al-Walid ibn 'Uqbah, Umayyah ibn Khalaf and 'Uqbah ibn Abu Mu'ayt," and he mentioned the seventh but I cannot remember who it was. By the One Who sent Muhammad (peace be upon him) with the truth, I saw those whom he had named slain on the day of Badr, then they were dragged and thrown into the well, the well of Badr." [Bukhari and Muslim]


13. Ensuring That One's Food and Clothing Are Lawful (i.e., Halal)

The Messenger of Allah (peace be upon him) said:

"O people, Allah is Good and does not accept anything but that which is good. Allah enjoins upon the believers the same as He enjoined upon the Messengers. He says:

'O (you) Messengers! Eat of the Tayyibat [all kinds of Halal (lawful) foods which Allah has made lawful (meat of slaughtered eatable animals, milk products, fats, vegetables, fruits)] and do righteous deeds. Verily, I am Well-Acquainted with what you do' [Noble Quran 23:51]

'O you who believe (in the Oneness of Allah. Islamic Monotheism)! Eat of the lawful things that We have provided you with' [Noble Quran 2:172]

Then he mentioned a man who travels for a long distance and is disheveled and dusty, and he stretches forth his hands towards heaven saying, 'O Lord, O Lord,' but his food is Haram, his drink is Haram, his clothing is Haram, he has been nourished with Haram, so how can he be responded to?" [Muslim]

Ibn Rajab said: Ensuring that one's food, drink and clothing are Halal, and that one is nourished with Halal, is a means of having one's Du'a answered. End quote.


14. Saying Du'a Silently & Not Out Loud

Allah says:

"Invoke your Lord with humility and in secret" [Noble Quran 7:55]

And Allah praised His slave Zakariyyah (peace be upon him) by saying:

"When he called to his Lord (Allah) a call in secret" [Noble Quran 19:3]